Minggu, 20 Maret 2011

Kesempatan Langka Mengunjungi Lokasi Shooting "Serbuan Maut" aka The Raid visit day



   Hari ini hari yang cukup menyenangkan buat gw. Kenapa? karena gw baru jadian sama Sandra Dewi, hehe. Gak deh bukan itu. Hari ini jam 11 siang  gw mendapat kesempatan untuk datang ke lokasi shooting “Serbuan Maut” aka The Raid. Film kedua dari sutradara “Merantau” mas Gareth Evans yang dibintangi juga oleh aktor yang sama yaitu Iko Uwais. Gw mendapat kesempatan ini karena memenangkan kuisnya yang diadakan di twitter. How lucky I am. Yes it is. Gw berangkat dari rumah di Tangerang agak lebih pagi dengan niat untuk beli dvd Merantau biar bisa ditandatangani oleh sutradara dan aktornya. Tapi naas ternyata toko dvd yang gw tuju blom ada yg buka jam segitu. Gw pun sempet2in keliling tebet buat nyari toko dvd yg namanya indies atas saran dr seorang teman merangkap gitaris. Sialnya bukannya dapet dvd malah nyasar gw di daerah Tebet. Jarum jam pun sudah menunjuk pukul 11.00. Yah daripada gagal dateng akhirnya gw langsung meluncur ke studio 3 hanggar pancoran. Begitu masuk gw disambut oleh mbak Maya dengan ramah. Dan sebelum masuk ke studio tempat shooting, para pemenang kuis yg terdiri dari 4 orang diminta utk menonaktifkan HP dan memakai masker karena takut mengganggu sinyal peralatan shooting. Begitu masuk ke lokasi, gw terpukau melihat set yang tampak seperti bagian dalam hotel. Padahal kalo dipegang itu semua cuma triplek bukan bangunan hotel beneran tapi karena kerja keras Art director dan Set builder bisa disulap jadi lorong hotel. 






    Selama didalam mbak Maya sesekali menerangkan tentang proses produksi film “Serbuan Maut”. Dia bercerita kalo untuk film ini 90% setnya menggunakan Indoor dengan durasi shooting yg berlangsung 2 setengah bulan. Kamera yg dipakai untuk film ini adalah Panasonic af - 100 yg konon katanya baru dirilis 2 minggu dan serbuan maut adalah film Indonesia pertama yang menggunakan kamera ini. Dia bilang pertimbangan memilih kamera digital HD ini lebih dikarenakan oleh kualitas gambar yang bagus dan jauh lebih murah. Daripada kamera 35 mm yang satu can film durasi 4 menit harganya mencapai 10 juta. Dan sekarang udah jarang film Indonesia yg mau pake 35 mm krn dianggep buang2 bujet produksi. Btw gw baru tau ternyata mbak Maya yg menjadi eksekutif produser film ini adalah istri dari sang sutradara Gareth Evans. Seru banget kayaknya suami istri kerja bareng gitu,hehe. Tak terasa waktu menunjuk pukul 1 siang dan saatnya makan siang. 








    Saat makan siang, sutradara dan cast makan bareng pemenang kuis. Kebetulan sekali gw diapit oleh Iko Uwais dan mas Yayan. Tanpa basabasi semua langsung makan makanan yang ada dihadapannya. Selama makan sesekali gw nanya2 mas Yayan dan Iko. Mereka sangat ramah menjawab pertanyaan gw sesekali sambil bercanda. Dari ngobrol2 itu gw baru tau Mas Yayan ternyata pernah mengajar silat di UI di tahun 80an dan dia tidak bisa main di film action lain dikarenakan dikontrak eksklusif oleh Merantau films demikian pula Iko uwais si penggemar kerupuk kulit ini. Setelah makan siang dilanjutkan sesi tandatangan dan foto2. Sebenernya gw pengen foto bareng sutradara juga, sialnya pemenang yang laen sok sibuk gitu, tapi gapapalah seenggaknya gw dpt foto Iko Uwais yang rela mukanya gw tampol bentar buat difoto, hehe. 



  Setelah itu kita diajak oleh sutradara melihat hasil shooting (sneak preview) selama 2 minggu yang dia bilang ini adalah rahasia terbesarnya bahkan mamanya aja ga tau, hehe kocak jg ni sutradara. Sneak preview ini cuma gambar aja karena rekaman suara dipisah dan baru disatukan saat editing nanti. Untuk film ini kebanyakan gambar diambil secara handheld dengan bantuan rigging yang bentuknya kayak setir mobil. Diperlukan dua kamera untuk film ini. Kostum yg digunakan mengacu ke kostum swatnya amerika, tapi khusus untuk Iko sepatu diganti dgn yg ringan karena demi fleksibelitas dia saat bertarung. Setelah itu shooting pun berlanjut hingga pukul 4 sore. Kondisi selama shooting terlihat sangat santai, bahkan sutradara maupun DOP yg sama2 bule pun terlihat suka bercanda dgn kru yg lain. Dari gangguin kru yang latah sampe maen kelitik2an. Berbanding jauh sekali sama pengalaman gw shooting film pendek dan sebuah film indie UI. 




    Selama shooting mbak Maya juga cerita ke gw klo si Gareth dulu justru kuliahnya IT dan baru belajar film dari proses learning by doing. Dengan ikut magang2 di berbagai production house dan perusahaan periklanan. Dia bilang kalo jd kru film justru lebih enak belajar langsung. Jadi kru2 kecil dulu ketimbang belajar di sekolah film karena justru ilmunya lebih banyak didapat dari pengalaman di lapangan. Sebuah kalimat yang secara tidak langsung membuat gw lebih bersemangat untuk berkarir di bidang film walopun latar belakang pendidikan gw Sastra Belanda. Dia bilang sempet ada 3 orang yang mau magang tapi sayangnya waktunya ga bisa. Karena mereka cuma bisa ikut yg bulan Mei sementara produksi udah mulai dari Maret. Akhirnya tim produser memilih untuk make kru professional aja untuk produksi film ini krn takut merusak ritme kerja Tim. Oh ya pas shooting gw jg baru tau yang namanya Video Storyboard. Pas si sutradara lari ngeliat laptopnya setelah teriak cut. Karena ngerasa ada posisi shot yang salah. Jujur ini teknik baru buat gw karena biasanya storyboard cuma gambar2 aja tapi sekarang bisa dengan video dan objek yang bergerak. Selain itu setiap selesai teriak cut!. Si sutradara selalu minta playback berkali kali buat ngoreksi kesalahan yang terjadi dalam sebuah shot. Begitu tau salahnya dimana dia langsung bilang ke actor or DOP dan latihan dulu sebentar baru take gambar lagi. Ini juga baru buat gw tapi sangat bagus kalo gw menerapkan system ini di produksi film pendek gw nanti.



  Tak terasa mbak Maya menghampiri gw dan dia bilang udah jam 4 saatnya buat para pemenang untuk pulang. Kami pun pamit sama cast dan crew yang bersalaman dgn kami satu persatu. Dan begitu gw berpapasan dgn Mas Gareth, gw menyempatkan diri untuk meminta tandatangan tiket bioskop film  Merantau gw yang sebelumnya udah ditandatangan Iko Uwais. 





  Dia pun sempat tertawa begitu melihat tiket merantau gw sambil tetap menandatanganinya. Tak lama kami pun keluar sambil diantar Mbak Maya dengan ramah hingga pintu keluar. Berat rasanya meninggalkan suasana shooting yg seru ini, semoga saja di lain kesempatan gw bisa berada di dalamnya merasakan nikmatnya berkarya bersama orang yg berdedikasi dalam perfilman. Bersama orang yang menggangap berkerja di bidang ini lebih penting daripada sekedar bekerja untuk menumpuk kekayaan, yah semoga, semoga saja, amin.