“Jef besok jangan lupa ya, jam empat pagi lo
udah harus nyampe di muara angke. Kalo nggak nanti kita tinggal!”. Begitulah isi whatsapp ancaman dari seseorang gadis jomblo asal bengkulu bernama Dwika Aldilla memotivasi gue supaya bisa bangun subuh dan jalan-jalan ke pulau seribu. Kalimat motivasi yang bisa mengalahkan salam super Mario Teguh untuk membangunkan gue saat itu.
Dan tepat jam tiga pagi, gue sama Lian cewek gue udah berdiri anteng tepat di gerbang muara angke sembari menghirup bau amis yang semerbak dari pasar ikan dekat situ. Sekitar jam empat lebih dilla dan rombongannya yang terdiri dari gheya, adeknya dilla, dewi, harry, raffi, kari dan teguh sampe di muara angke. Dari depan gerbang muara angke kita naik odong-odong untuk sampai ke pelabuhan muara angke. Untuk naik odong-odong per orang dikenakan tarif sepuluh ribu. Kecuali dilla yang bayar dua puluh ribu karena orang jomblo emang tarifnya beda ( Becanda dil :p).
Dan tepat jam tiga pagi, gue sama Lian cewek gue udah berdiri anteng tepat di gerbang muara angke sembari menghirup bau amis yang semerbak dari pasar ikan dekat situ. Sekitar jam empat lebih dilla dan rombongannya yang terdiri dari gheya, adeknya dilla, dewi, harry, raffi, kari dan teguh sampe di muara angke. Dari depan gerbang muara angke kita naik odong-odong untuk sampai ke pelabuhan muara angke. Untuk naik odong-odong per orang dikenakan tarif sepuluh ribu. Kecuali dilla yang bayar dua puluh ribu karena orang jomblo emang tarifnya beda ( Becanda dil :p).
Hari
Pertama
Sekitar jam lima pagi kita diarahkan sama
mas-mas travelnya untuk segera naik kapal. Untuk trip ke pulau harapan selama
dua hari satu malam ini kita cukup bayar tiga ratus lima puluh ribu rupiah per orang untuk rombongan yang terdiri dari 10 orang. Semakin sedikit jumlah rombongan, tarifnya makin mahal. Begitu
masuk kapal terlihat orang-orang sudah ramai menempati tempat duduk yang ada di
dalam kapal. Padahal kapal baru berangkat sekitar jam setengah delapan pagi.
Selama
perjalanan ke pulau harapan tempat duduk kita terbagi dua tempat gue, lian, raffi,
dilla dan adeknya duduk di bangku bawah. Sementara gheya, dewi, harry, kari dan teguh
di bagian atas tepatnya di sisi luar kapal. Empat jam durasi perjalanan
akhirnya berhasil kita lalui. Empat jam yang menegangkan karena goncangan yang makin keras, ombak yang
semakin tinggi, dan suara deritan horor retakan kayu dari atas kapal
akhirnya selesai juga. Fiuuuhhh.
Kapal ke Pulau Harapan dari Muara Angke |
Sampai di pulau harapan mas-mas guide langsung
mengarahkan kami ke salah satu rumah untuk kami menginap selama dua hari.
Sesampainya di rumah itu makan siang sudah menanti kami. Kami pun langsung
menyantap makan siang yang telah disediakan saat itu juga. Lauknya ada ikan, sayur dan buah-buahan.
Setelah makan siang dan
istirahat sekitar satu jam kita lanjut naik kapal kecil untuk snorkling. Menurut
gue snorkling di pulau seribu pemandangan bawah lautnya nya masih lebih bagus
ketimbang waktu gue snorkling di phi-phi island. Dimana banyak banget ranjau
bulu babi disitu dan ikan-ikannya ga begitu banyak.
Selesai snorkling kita lanjut island hopping
ke pulau bulat, pulau perak dan pulau matahari. Di pulau matahari kita minum
kelapa muda sambil menikmati sunset di pinggir pantai, asoooooooy. Abis santai-santai nikmatin sunset di pulau
matahari kita langsung balik ke pulau harapan.
Selesai mandi dengan air payau yang cuma lima
gayung. Gue sama lian berkeliling pulau harapan dengan jalan kaki. Di tengah
jalan kita sempet jajan cilor, lanjut ngobrol, dan duduk-duduk deket pantai.
Meskipun pulau harapan posisinya di tengah laut ternyata spesies kecoa dan
tikus babon populasinya udah banyak banget disini.
Sebenernya kalo dikelola dengan baik dan
warganya menjaga banget kebersihan pulau ini seperti yang udah dilakukan warga
bali or jogja. Bukan ga mungkin pulau harapan bisa jadi destinasi andalan
provinsi jakarta. Tapi sayang kenyataannya berkata lain, masyarakat dan camatnya
mungkin terlalu cuek melihat peningkatan aktivitas pariwisata di wilayah
mereka. Selesai muterin pulau harapan kita balik ke markas buat makan malam.
Harusnya jangan ada pemandangan begini di lokasi wisata :( |
Hari
Kedua
Pagi itu agenda kita adalah mengunjungi
konservasi penyu dan hopping island. Awalnya gue kira konservasi penyu ini ada
di pulau lain jadi kita harus naik kapal dulu, ternyata enggak. Konservasi
penyu nya ada di pulau harapan cukup berjalan sekitar lima menit dan kita bayar retribusi lima ribu untuk masuk situ. Kalo dilla sepuluh ribu.
Menurut gue sih tempat konservasi penyu ini kecil
banget kalo dibanding yang pernah gw liat di ujung genteng sukabumi hahaha. Tapi
kalo buat anak jakarta yang ga mao mabok darat naik bis ekonomi dua belas jam ke
sukabumi buat liat penyu, konservasi ini penting banget buat menambah
pengetahuan mereka soal biota laut.
Selesai liat-liat penyu kita lanjut island
hopping ke pulau bira. Di pulau bira ini udah banyak cottage penginapan yang
deket sama pantai. Selain itu pohon-pohon pinus di pulau itu juga bikin pulau
ini jadi tambah asik banget buat foto-foto. Kita pun ga melewatkan momen ini
untuk ambil stok foto yang banyak hehehe.
Yang sendirian di depan, dilla |
Setelah berkeliling pulau sekitar
satu jam kita pun kembali ke pulau harapan untuk kemudian pulang ke jakarta.
Selamat
tinggal pulau harapan, pulau yang akan selalu mengingatkan gue kalau ternyata masih ada pasir putih dan laut biru di kota metropolitan ini. :)